Manusia, tempat salah dan lupa; Imam Yahya bin Bukair, Sosok Guru Imam al-Bukhari rahimahumullah; Tiga jenis jiwa manusia; Siapakah al-Maghdhub Alaihim dan adh-Dholin? Hifzhul Mutun al-'Ilmiyyah, Program Baru Semangat Baru; Abu Muhammad Abdullah bin Yusuf at-Tinnisi, Guru Besar Melahirkan Imam Besar; Kisah Liburan Syawal dengan Bahasa Arab Sudahmenjadi kodrat sesungguhnya manusia adalah tempat salah dan dosa. Namun sebaik - baik orang yang bersalah atau orang yang berdosa itu adalah mereka yang segera melakukan taubat kepada-Nya. Pahamilah bahwa cobaan dan ujian yang diberikan Allah kepada kita adalah modal kesuksesan kita dimasa yang akan datang. Berabadlamanya, hadi s dan ayat Al Quran berkenaan ilmu tulang tersebut menjadi hal ghaib yang tidak dapat dijelaskan dengan logik. Zaman berubah dan beberapa kajian ilmiah moden kelihatan mampu menjelaskan kebenaran hadis ini. Coccyx (tulang sulbi) atau 'ajbu adz-dzanab adalah tulang terbawah dari vertebral column (tulang punggung) 1. Oleh karena itu, dikatakan bahwa kebahagiaan (ditentukan) sejak sebelum kelahiran.25 Penafsiran menurut Syaikh Al-โ€˜Utsaimin Hadits yang keempat dari kumpulan hadits Al-Arbaโ€™in karangan Iman An- Nawawi, berisi penjelasan mengenai perkembangan penciptaan manusia didalam perut ibunya, peulisan ajal dan rezekinya, dan seterusnya. BerkataSulaim bin Amir -salah seorang rawi hadits ini-: "Demi Allah, aku tidak tahu satu mil yang dimaksud, apakah ukuran yang ada didunia, atau mil sejauh mata memandang". Dalam lanjutan hadits, Nabi bersabda: "Dan manusia pada saat itu sesuai dengan kadar amalannya dalam berkeringat. Akal adalah daya pikir dalam diri manusia dan salah satu daya jiwa yang mengandung arti berfikir, memahami, dan mengerti (Tim Penyusun, 2005) Kata โ€˜aql sebagai mashdar (kata benda) dari โ€˜aqala N9Hl3A3. Ada berjuta kesalahan yang diperbuat manusia. Masing-masing berbeda tingkatan dan bentuknya. Dari sekian banyak kesalahan tersebut setidaknya ada tiga yang menonjol dan merahimi kesalahan-kesalahan turunan. Apa sajakah itu? Khotbah I ุฅู† ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ู†ุญู…ุฏู‡ ูˆู†ุณุชุนูŠู†ู‡ ูˆู†ุณุชุบูุฑู‡ ูˆู†ุนูˆุฐ ุจุงู„ู„ู‡ ู…ู† ุดุฑูˆุฑ ุฃู†ูุณู†ุง ูˆู…ู† ุณูŠู‘ูุฃุชู ุฃุนู…ุงู„ู†ุง ู…ูŽู† ูŠู‡ุฏู‡ ุงู„ู„ู‡ ูู„ุงู…ูุถูู„ู‘ูŽ ู„ูŽู‡ ูˆูŽู…ู† ูŠูุถู’ู„ูู„ู’ู‡ู ููŽู„ูŽุงู‡ูŽุงุฏููŠูŽ ู„ูŽู‡ุŒ ุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู„ุง ุงู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุญุฏู‡ ู„ุง ุดุฑูŠูƒ ู„ู‡ ูˆุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู…ุญู…ุฏุง ุนุจุฏู‡ ูˆ ุฑุณูˆู„ู‡. ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ ูˆุณู„ู… ูˆุจุงุฑูƒ ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆุนู„ู‰ ุฃู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ุฃุฌู…ุนูŠู†ุŒ ุฃู…ุง ุจุนุฏ. ููŠุงุนุจุงุฏ ุงู„ู„ู‡ ุฃูˆุตูŠูƒู… ูˆู†ูุณู‰ ุจุชู‚ูˆู‰ ุงู„ู„ู‡ Jamaah Jumโ€™at rahimakumullah, Manusia adalah tempat salah dan lupa, kata sebuah Hadits. Pernyataan ini secara sepintas hendak memberi ruang seluas-luasnya bagi manusia untuk berbuat kesalahan, padahal tidak. Justru sebaliknya, Hadits ini ingin memberi rambu-rambu kepada para hamba Allah bahwa diri mereka sangat rentan berbuat lalai dan terjerumus dalam kekeliruan. Yang paling penting bagi manusia adalah senantiasa hati-hati agar tidak terperosok ke lubang dosa dan kesalahan. Tentang hal ini, sebagaiman tercantum dalam kitab Muntabihat alal Istiddi li Yaumil Mรฎรขd, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ุฃูŽูˆู’ุญูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุฅูู„ูŽู‰ ู…ููˆู’ุณูŽู‰ ุจู’ู†ู ุนูู…ู’ุฑูŽุงู† ูููŠ ุงู„ุชู‘ูˆู’ุฑุงุชู ุฅูู†ู‘ูŽ ุฃูู…ู‘ูŽู‡ูŽุงุชู ุงู’ู„ุฎูŽุทูŽุงูŠูŽุง ุซูŽู„ูŽุงุซูŒ ุงู„ูƒูุจู’ุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽุณูŽุฏู ูˆูŽุงู„ู’ุญูุฑู’ุตูุŒ ููŽู†ูŽุดูŽุฃูŽ ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ุณูุชู‘ูŽุฉูŒ ููŽุตูุฑู’ู†ูŽ ุชูุณู’ุนูŽุฉูŒ ุงู„ุฃููˆู’ู„ู‰ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุณู‘ูุชู‘ูŽุฉู ุงู„ุดู‘ูุจูŽุนู ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูŽูˆู’ู…ู ูˆูŽุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูŽุฉู ูˆูŽุญูุจู‘ู ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ูˆูŽุงู„ู ูˆูŽุญูุจู‘ู ุงู„ุซู‘ูŽู†ุงูŽุกู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุญู’ู…ูŽุฏูŽุฉู ูˆูŽุญูุจู‘ู ุงู„ุฑู‘ููŠูŽุงุณูŽุฉู โ€œAllah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa ibn Imran dalam kitab Taurat Sesungguhnya induk dari segala kesalahan ada tiga, yakni takabur, hasud, dan tamak. Ketiganya melahirkan enam hal, yaitu rasa kenyang, tidur, waktu senggang, cinta harta, gila pujian, dan cinta jabatan.โ€ Pertama, takabur atau angkuh atau sombong. Sifat ini sangat menjerumuskan karena seorang hamba dibutakan oleh perasaan diri sendiri yang unggul dan di saat yang bersamaan memandang rendah orang lain. Kita tahu, Iblis dikutuk masuk neraka selama-lamanya karena sifat ini. Perasaan bahwa Iblis lebih utama dan mulia dari Nabi Adam alaihissalam membuatnya membangkang dari perintah Allah subhanahu wataโ€™ala. Ia memilih jatuh dalam kegelapan selamanya ketimbang menaruh rasa hormat kepada Nabi Adam. Tampaklah bagaimana al-kibru atau keangkuhan memunculkan rasa paling benar sendiri, paling mulia sendiri, dan karenanya secara sadar maupun tidak sadar merasa pantas untuk merendahkan yang lainnya. Sifat takabur juga berakibat pada hilangnya ketawadukan kepada sesama karena telah silap akan kekurangan dan kesalahan diri sendiri. ุงู„ูƒูุจู’ุฑู ุจูŽุทู’ุฑู ุงู„ู’ุญูŽู‚ู‘ู ูˆูŽุบูŽู…ู’ุทู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู โ€œTakabur merupakan sikap mengingkari kebenaran dan memandang remeh manusia yang lainโ€ Yang kedua, adalah hasud. Istilah lain dari sifat ini adalah iri atau dengki. Orang yang hasud memiliki ciri menjilat ketika sedang berhadapan dan mengumpat saat berada di belakang. Orang yang dihinggapi penyakit hati ini selalu diliputi rasa susah kala menyaksikan orang lain gembira; dan sebaliknya, merasa gembira kala orang lain sedang susah. Selain menyiksa batin sendiri, hasud juga menggerogoti amal kebaikan. ุฅูŠู‘ูŽุงูƒู… ูˆุงู„ุญุณุฏูŽุŒ ูุฅู†ู‘ูŽ ุงู„ุญุณุฏูŽ ูŠุฃูƒู„ู ุงู„ุญุณู†ุงุชู ูƒู…ุง ุชุฃูƒู„ู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู ุงู„ุญุทุจูŽ โ€œJauhilah hasud karena sesungguhnya hasud menggerogoti kebaikan-kebaikan sebagaimana api menggerogoti kayu bakar.โ€ HR Abu Dawud Biang kesalahan yang ketiga adalah al-hirsu atau tamak. Yang dimaksud dalam hal ini adalah serakah terhadap kehidupan duniawi. Sebagaimana yang diberikan kepada Iblis dan binatang, Allah juga menganugerahi kita keinginan-keinginan. Hanya saja Allah memberikah kita batasan-batasan sehingga keinginan tersebut tersalurkan secara manusiawi dan sewajarnya. Tamak tak kalah membahayakannya dari takabur dan hasud. Orang yang dijangkiti sifat serakah biasanya tak peduli dengan kondisi di sekelilingnya, bahkan kadang kondisinya sendiri. Kesilapan dengan keuntungan materi yang besar bisa membuat sebuah perusahaan tambang terus mengeruk kekayaan bumi meski berakibat buruk bagi keseimbangan alam dan kehidupan warga sekitar. Seorang politisi rela melakukan risywah suap dan fitnah karena serakah terhadap jabatan. Jamaah shalat Jumโ€™at yang semoga dirahmati Allah Ketiga sifat itulah yang disebut ummahatul khathรขyรข, biang kesalahan. Dikatakan โ€œbiangโ€ karena ketiganya menjadi faktor utama dan pemicu munculnya dosa-dosa lain. Khatib mengajak diri sendiri juga kepada hadirin sekalian untuk senantiasa mengevaluasi diri, seberapa jauh kita dihinggapi ketiga penyakit hati tersebut. Dan mari kita perbaiki selagi kesadaran masih bersemayam di dalam hati. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda ูƒูู„ูู‘ ุจูŽู†ููŠู’ ุขุฏูŽู…ูŽ ุฎูŽุทู‘ูŽุงุกูŒ ูˆูŽ ุฎูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู’ุฎูŽุทูŽู‘ุงุฆููŠู’ู†ูŽ ุงู„ุชูŽู‘ูˆูŽู‘ุจููˆู’ู†ูŽ. ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุงู„ุชูู‘ุฑู’ู…ู€ูุฐููŠูู‘ "Setiap anak adam manusia berbuat kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertaubat." HR At-Tirmidzi Khotbah II ุงูŽู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงูุญู’ุณูŽุงู†ูู‡ู ูˆูŽุงู„ุดู‘ููƒู’ุฑู ู„ูŽู‡ู ุนูŽู„ู‰ูŽ ุชูŽูˆู’ูููŠู’ู‚ูู‡ู ูˆูŽุงูู…ู’ุชูู†ูŽุงู†ูู‡ู. ูˆูŽุงูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุงูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ุงูู„ูŽู‡ูŽ ุงูู„ุงู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุญู’ุฏูŽู‡ู ู„ุงูŽ ุดูŽุฑููŠู’ูƒูŽ ู„ูŽู‡ู ูˆูŽุงูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุงูŽู†ู‘ูŽ ุณูŽูŠู‘ูุฏูŽู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู‹ุง ุนูŽุจู’ุฏูู‡ู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ูู‡ู ุงู„ุฏู‘ูŽุงุนูู‰ ุงูู„ู‰ูŽ ุฑูุถู’ูˆูŽุงู†ูู‡ู. ุงู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูุนูŽู„ูŽู‰ ุงูŽู„ูู‡ู ูˆูŽุงูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ู’ ุชูŽุณู’ู„ููŠู’ู…ู‹ุง ูƒูุซูŠู’ุฑู‹ุง ุงูŽู…ู‘ูŽุง ุจูŽุนู’ุฏู ููŽูŠุงูŽ ุงูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุงูุชู‘ูŽู‚ููˆุงุงู„ู„ู‡ูŽ ูููŠู’ู…ูŽุง ุงูŽู…ูŽุฑูŽ ูˆูŽุงู†ู’ุชูŽู‡ููˆู’ุง ุนูŽู…ู‘ูŽุง ู†ูŽู‡ูŽู‰ ูˆูŽุงุนู’ู„ูŽู…ููˆู’ุง ุงูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ู‘ ุงูŽู…ูŽุฑูŽูƒูู…ู’ ุจูุงูŽู…ู’ุฑู ุจูŽุฏูŽุฃูŽ ูููŠู’ู‡ู ุจูู†ูŽูู’ุณูู‡ู ูˆูŽุซูŽู€ู†ูŽู‰ ุจูู…ูŽู„ุข ุฆููƒูŽุชูู‡ู ุจูู‚ูุฏู’ุณูู‡ู ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุชูŽุนุงูŽู„ูŽู‰ ุงูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽู…ูŽู„ุข ุฆููƒูŽุชูŽู‡ู ูŠูุตูŽู„ู‘ููˆู’ู†ูŽ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจูู‰ ูŠุข ุงูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู’ู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆู’ุง ุตูŽู„ู‘ููˆู’ุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ููˆู’ุง ุชูŽุณู’ู„ููŠู’ู…ู‹ุง. ุงู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ู’ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ู ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ุงูŽ ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุงูŽู†ู’ุจููŠุขุฆููƒูŽ ูˆูŽุฑูุณูู„ููƒูŽ ูˆูŽู…ูŽู„ุขุฆููƒูŽุฉู ุงู’ู„ู…ูู‚ูŽุฑู‘ูŽุจููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงุฑู’ุถูŽ ุงู„ู„ู‘ู‡ูู…ู‘ูŽ ุนูŽู†ู ุงู’ู„ุฎูู„ูŽููŽุงุกู ุงู„ุฑู‘ูŽุงุดูุฏููŠู’ู†ูŽ ุงูŽุจูู‰ ุจูŽูƒู’ุฑููˆูŽุนูู…ูŽุฑูˆูŽุนูุซู’ู…ูŽุงู† ูˆูŽุนูŽู„ูู‰ ูˆูŽุนูŽู†ู’ ุจูŽู‚ููŠู‘ูŽุฉู ุงู„ุตู‘ูŽุญูŽุงุจูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุชู‘ูŽุงุจูุนููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุชูŽุงุจูุนููŠ ุงู„ุชู‘ูŽุงุจูุนููŠู’ู†ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุจูุงูุญู’ุณูŽุงู†ู ุงูู„ูŽู‰ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู ูˆูŽุงุฑู’ุถูŽ ุนูŽู†ู‘ูŽุง ู…ูŽุนูŽู‡ูู…ู’ ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุง ุงูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ ุงูŽู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุงุบู’ููุฑู’ ู„ูู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุคู’ู…ูู†ูŽุงุชู ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ูŽุงุชู ุงูŽู„ุงูŽุญู’ูŠุขุกู ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุงู’ู„ุงูŽู…ู’ูˆูŽุงุชู ุงู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุงูŽุนูุฒู‘ูŽ ุงู’ู„ุงูุณู’ู„ุงูŽู…ูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุฃูŽุฐูู„ู‘ูŽ ุงู„ุดู‘ูุฑู’ูƒูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุดู’ุฑููƒููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู†ู’ุตูุฑู’ ุนูุจูŽุงุฏูŽูƒูŽ ุงู’ู„ู…ููˆูŽุญู‘ูุฏููŠู‘ูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู†ู’ุตูุฑู’ ู…ูŽู†ู’ ู†ูŽุตูŽุฑูŽ ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงุฎู’ุฐูู„ู’ ู…ูŽู†ู’ ุฎูŽุฐูŽู„ูŽ ุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽ ุฏูŽู…ู‘ูุฑู’ ุงูŽุนู’ุฏูŽุงุกูŽุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู ูˆูŽุงุนู’ู„ู ูƒูŽู„ูู…ูŽุงุชููƒูŽ ุงูู„ูŽู‰ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู. ุงู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุงุฏู’ููŽุนู’ ุนูŽู†ู‘ูŽุง ุงู’ู„ุจูŽู„ุงูŽุกูŽ ูˆูŽุงู’ู„ูˆูŽุจูŽุงุกูŽ ูˆูŽุงู„ุฒู‘ูŽู„ุงูŽุฒูู„ูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุญูŽู†ูŽ ูˆูŽุณููˆู’ุกูŽ ุงู’ู„ููุชู’ู†ูŽุฉู ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุญูŽู†ูŽ ู…ูŽุง ุธูŽู‡ูŽุฑูŽ ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ูˆูŽู…ูŽุง ุจูŽุทูŽู†ูŽ ุนูŽู†ู’ ุจูŽู„ูŽุฏูู†ูŽุง ุงูู†ู’ุฏููˆู†ููŠู’ุณููŠู‘ูŽุง ุฎุขุตู‘ูŽุฉู‹ ูˆูŽุณูŽุงุฆูุฑู ุงู’ู„ุจูู„ู’ุฏูŽุงู†ู ุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ุนุขู…ู‘ูŽุฉู‹ ูŠูŽุง ุฑูŽุจู‘ูŽ ุงู’ู„ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ. ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ุขุชูู†ุงูŽ ููู‰ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ูˆูŽููู‰ ุงู’ู„ุขุฎูุฑูŽุฉู ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ูˆูŽู‚ูู†ูŽุง ุนูŽุฐูŽุงุจูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู. ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ุธูŽู„ูŽู…ู’ู†ูŽุง ุงูŽู†ู’ููุณูŽู†ูŽุงูˆูŽุงูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุบู’ููุฑู’ ู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุชูŽุฑู’ุญูŽู…ู’ู†ูŽุง ู„ูŽู†ูŽูƒููˆู’ู†ูŽู†ู‘ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู’ู„ุฎูŽุงุณูุฑููŠู’ู†ูŽ. ุนูุจูŽุงุฏูŽุงู„ู„ู‡ู ! ุงูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูŽุฃู’ู…ูุฑูู†ูŽุง ุจูุงู’ู„ุนูŽุฏู’ู„ู ูˆูŽุงู’ู„ุงูุญู’ุณูŽุงู†ู ูˆูŽุฅููŠู’ุชุขุกู ุฐูู‰ ุงู’ู„ู‚ูุฑู’ุจู‰ูŽ ูˆูŽูŠูŽู†ู’ู‡ูŽู‰ ุนูŽู†ู ุงู’ู„ููŽุญู’ุดุขุกู ูˆูŽุงู’ู„ู…ูู†ู’ูƒูŽุฑู ูˆูŽุงู’ู„ุจูŽุบู’ูŠ ูŠูŽุนูุธููƒูู…ู’ ู„ูŽุนูŽู„ู‘ูŽูƒูู…ู’ ุชูŽุฐูŽูƒู‘ูŽุฑููˆู’ู†ูŽ ูˆูŽุงุฐู’ูƒูุฑููˆุงุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู’ู„ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุงุดู’ูƒูุฑููˆู’ู‡ู ุนูŽู„ู‰ูŽ ู†ูุนูŽู…ูู‡ู ูŠูŽุฒูุฏู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ุงูŽูƒู’ุจูŽุฑู’ Alif Budi Luhur

hadits manusia tempat salah dan lupa